1 ETIKA BISNIS
A.
Pendahuluan
Perkembangan
dunia bisnis yang begitu cepat dan dinamis pada saat ini, tentunya harus
diimbangi dengan aturan – aturan atau norma-norma yang dapat mengatur bisnis
itu sendiri. Sehingga pihak-pihak yang berhubungan untuk melakukan kegiatan
bisnis dapat berjalan baik, lancar dan berkesinambungan. Bahkan kegiatan
tersebut dapat mendatangkan manfaat dan laba yang optimal bagi kelangsungan
hidup perusahaan.
Etika
dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam membantu orang lain.
Kejujuran yang ekstrem, kemampuan untuk menganalisis batas-batas kompetisi
seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan.
Kompetisi inilah yang terus menerus memanas belakangan ini. Kata itu
mengisyaratkan sebuah konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir
menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang mengatakan bahwa kompetisi adalah lambang
ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas di masa mendatang justru
mempromosikan kompetisi yang lebih bebas.
Dengan
ilmu, maka kita dapat merenungkan dan membayangkan bahwa kita ditantang untuk
terjun ke arena baru, yaitu pasar bebas dunia di masa mendatang. Kemampuan
bersaing seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran besar kecilnya
sebuah perusahaan. Jika kita ingin berhasil di era globalisasi, sudah saatnya
dunia bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika,
yang terlihat perjalanan yang sering dan saling membutuhkan antara golongan
menengah ke bawah dan pengusaha golongan atas.
Dalam
etika bisnis, hal yang perlu diperhatikan yaitu pengendalian diri, pengembangan
tanggung jawab social, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang
sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, menghindari sikap yang
kurang etis (koneksi, kolusi dan komisi) mampu mengatakan benar itu benar, dan
lain-lain.
Etika
bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan binis
yang dilakukan oleh para pelaku-pelaku bisnis. Masalah etika dan ketaatan pada
hukum yang berlaku merupakan dasar yang kokoh yang harus dimiliki oleh pelaku
bisnis dan akan menentukan tindakan apa dan perilaku bagaimana yang akan
dilakukan dalam bisnisnya. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama yang
pada akhirnya dapat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara.
Dunia
bisnis, tidak hanya menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha,
tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Untuk mewujudkan
etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak,
baik pengusaha, pemerintah, masyarakat, maupun bangsa lain agar tidak satu
pihak yang menjalankan etika. Artinya, kalau ada pihak terkait yang tidak
mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang
disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan.
B.
Pergertian Etika
Etika berasal dari dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta
etha), berarti adat istiadat . Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang
baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat.
Etika
berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan
segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain
atau dari satu generasi ke generasi yg lain. Etika mempelajari dan menentukan
apakah suatu tindakan bernilai baik atau buruk dan tindakan apa yang seharusnya
dilakukan dengan benar atau tidak benar.
Peranan etika adalah sebagai tolok ukur kesadaran manusia untuk
melakukan tindakan yang bertanggung jawab sedangkan manfaat etika yaitu
mengajak orang bersikap kritis, rasional dan otonom menuju suasana tertib,
damai dan sejahtera.
Pengertian
etika = moralitas. Moralitas berasal dari kata Latin Mos (jamak –
Mores) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Pengertian harfiah dari etika dan
moralitas, sama-sama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup
baik sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat
kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang
dalam kurun waktu yang lama sebagaimana laiknya sebuah kebiasaan.
1. Etika sebagai Filsafat Moral
Etika sebagai filsafat moral tidak langsung memberi perintah
konkret sebagai pegangan siap pakai. Etika dapat dirumuskan sebagai
refleksi kritis dan rasional mengenai
a.
Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai
manusia
b.
Masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma moral
yang umum diterima
2.
Etika sebagai sebuah ilmu yang terutama menitikberatkan refleksi kritis dan
rasional,
a. Mempersoalkan
apakah nilai dan norma moral tertentu memang harus dilaksanakan dalam situasi
konkret terutama yang dihadapi seseorang, atau
b.
Etika mempersoalkan apakah suatu tindakan yang kelihatan bertentangan dengan
nilai dan norma moral tertentu harus dianggap sebagai tindakan yang tidak etis
dan karena itu dikutuk atau justru sebaliknya
c. Apakah
dalam situasi konkret yang saya hadapi saya memang harus bertindak sesuai
dengan norma yang ada dalam masyarakatku ataukah justru sebaliknya saya dapat
dibenarkan untuk bertindak sebaliknya yang bahkan melawan nilai dan norma moral
tertentu.
Etika
sebagai Ilmu menuntut orang untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional.
Dengan menggunakan bahasa Nietzcshe, etika sebagai ilmu menghimbau orang untuk
memiliki moralitas tuan dan bukan moralitas hamba. Dalam bahasa Kant, etika
berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan
secara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas
tetapi dapat dipertanggungjawabkan.
C. Teori
Etika
1.
Etika Teleologi
Berasal dari kata Yunani, telos = tujuan, yaitu
mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai
dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan
itu. Dua aliran etika teleologi:
a.
Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap
orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya
sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.
Egoisme
ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu
ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai
kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
b.
Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti
“bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa
manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang
melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Dalam
rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah
orang yang terbesar. Teori ini cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup
dekat dengan Cost-Benefit Analysis.
Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung sama seperti kita
menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis. Utilitarianisme,
dibedakan menjadi dua macam :
a. Utilitarianisme
Perbuatan (Act Utilitarianism)
b. Utilitarianisme
Aturan (Rule Utilitarianism)
Prinsip
dasar utilitarianisme (manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar)
diterpakan pada perbuatan. Utilitarianisme aturan membatasi diri pada
justifikasi aturan-aturan moral.
2.
Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. ‘Mengapa
perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi
menjawab: ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena
perbuatan kedua dilarang’ yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah
kewajiban.
Pendekatan
deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah
satu teori etika yang terpenting.
Ada
tiga prinsip yg harus dipenuhi :
a.
Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan
kewajiban
b. Nilai
moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan
itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu
sudah dinilai baik
c. Sebagai
konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal. Bagi
Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sbg perintah tak bersyarat (imperatif
kategoris), yg berarti hukum moral ini berlaku bagi semua orang pada
segala situasi dan tempat. Perintah Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan
kalau orang menghendaki akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu mrpk hal
yg diinginkan dan dikehendaki oleh orang tsb. Perintah Tak Bersyarat adalah
perintah yg dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun,
yaitu tanpa mengharapkan akibatnya, atau tanpa
mempedulikan apakah akibatnya tercapai dan berguna bagi orang tsb atau
tidak.
3.
Teori Hak
Dalam
pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu
perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori
deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua
sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan
martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis.
4.
Teori Keutamaan (Virtue)
Berarti
memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu
perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan
bisa didefinisikan sebagai berikut: disposisi watak yang telah
diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah
laku baik secara moral. Contoh keutamaan: kebijaksanaan,
keadilan, suka bekerja keras, hidup yang baik. Ada 3 jenis masalah yang
dihadapi dalam Etika yaitu:
1. Sistematik
Masalah-masalah
sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai
sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis
beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan
bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu.
Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan,
praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis
adalah pertanyaan yang muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini
termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter
individual.
3 Pengertian
Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis (Velasquez, 2005).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa ialah pengetahuan tentang cara
ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas
yang berlaku secara universal serta implementasi norma dan moralitas untuk
menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
D.
PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS
Berikut
perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
1. Situasi
Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato,
Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya
mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana
kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa
Peralihan: tahun 1960-an ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di
Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan
terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia
pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam
kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering
dibahas adalah corporate social responsibility.
3. Etika
Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an sejumlah filsuf mulai terlibat dalam
memikirkan masalah-masalah etis di
sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas
krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4. Etika
Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu
baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan
antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European
Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika
Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an tidak terbatas lagi pada dunia
Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah didirikan International
Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
E.
SASARAN DAN RUANG LINGKUP ETIKA BISNIS
1. Etika
bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip , kondisi dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang
baik . Etika bisnis berfungsi menggugah kesadaran moral pelaku bisnis agar
berperilaku baik dalam menjalankan usahanya demi nilai luhur tertentu (agama,
budaya) dan demi kelanjutan bisnisnya.
2. Menyadarkan
masyarakat (stake holder) yang terdiri dari konsumen (end user),
karyawan , pemasok/mitra bisnis, investor dan lingkungan (penduduk disekitar
lokasi usaha ) akan hak mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis.
3.
Menilai apakah sistem ekonomi disuatu wilayah sesuai dengan etika bisnis
apakah masih ada praktek monopoli, oligopoli, money loundring, insider trading, black market,
dll.
D.
FAKTOR PENDUKUNG IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS
1. Adanya
kepedulian terhadap mutu kehidupan kerja oleh manajer atau peningkatan “Quality of Work Life”.
2. Adanya
“Trust Crisis” dari publik
kepada perusahaan.
3. Mulai
diterapkan punishment yang tegas terhadap skandal bisnis oleh
pengadilan.
4. Adanya
peningkatan kekuatan control dari LSM.
5. Tumbuhnya
kekuatan publisitas oleh media.
6. Adanya
transformasi organisasi dari “transaction oriented” menjadi “relation
oriented”.